Pendidikan Anak : Pendidikan Dini
"Pendidikan dini
memperkenalkan tentang pengendalian konflik di masa mendatang. Bisa
dilihat bagaimana anak di taraf SMP hingga SMA rentan terpancing emosi,
sehingga menimbulkan perkelahian," terangnya.
Usia kanak-kanak (0-7) merupakan momen paling krusial bagi seorang
anak. Memanfaatkan masa ini dengan memberikan pendidikan yang
berkualitas dinilai penting karena memengaruhi kualitas anak 10 tahun
mendatang.
Menurut Clara,
pentingnya pendidikan usia dini mengacu dari hasil penelitian sekelompok
pemerhati pendidikan di Chicago, Amerika Serikat, tahun 70-an yang
menemukan bahwa anak yang mendapat pendidikan dini pada usia dewasa
(17-25) dapat mengendalikan konflik, bahkan meredamnya.
Metode
yang diajarkan kepada anak-anak disesuaikan dengan umur. Gerakan tubuh
diterapkan untuk anak umur 0-1 tahun, simulasi benda sinar pada anak 1-2
tahun, sosialisasi dan interaksi kepada anak antara umur 2,5-3.
Sementara pada umur 3,5-7 tahun sudah mulai memasuki sisi keilmuan,
seperti membaca dan berhitung.
"Untuk anak usia enam bulan, kita
mengajarkan gerakan dan stimulasi sosial seperti berkumpul dengan bayi
lain. Konkretnya, ketika ada bayi lain menangis, bayi tersebut cenderung
menangis. Ini mengajarkan sebuah empati sedini mungkin," papar Clara.
Adalah
tugas orang tua untuk mengajarkan pendidikan dini. Bila orang tua belum
mampu secara optimal untuk melakukannya, mereka bisa mendaftarkan
anak-anaknya di sekolah yang menerapkan pendidikan dini. Antara lain
jenis sekolah invent untuk anak umur 0-1 tahun, toddler 1-2 tahun, preschool 2,5-3 tahun, kindergarten 3,5-5 tahun, dan sekolah dasar 6 tahun ke atas.
"Sekarang
banyak sekolah seperti itu di Indonesia. Semakin bertambah tiap tahun.
Perkembangan itu terlihat sejak tahun 80-an akhir. Meski sekolah yang
ada rata-rata dimiliki swasta," terang Clara, lulusan Chicago, Amerika
Serikat.
Meskipun demikian, Clara mengimbau agar para orangtua
tidak termakan stigma yang menyatakan sekolah swasta lebih baik
ketimbang negeri. "Kita perlu menganalisis apakah sekolah itu cocok
untuk kepribadian sang anak atau tidak. Dan ini adalah tugas orangtua,"
imbau Clara.
Karena orangtua perlu serius melakukan observasi
dahulu sebelum memasukkan anaknya. Menurut Clara, sekolah-sekolah yang
kredibel akan memberikan masa observasi bagi orangtua untuk mengenali
sistem pendidikan yang diterapkan, metode pengajaran, kondisi kelas,
mutu pengajar, dan pendidikannya.
"Bila ada sekolah yang tidak
memberikan izin itu, patut dipertanyakan," terangnya. Clara
memperingatkan agar para orangtua tidak tertipu dengan bangunan fisik
daripada kualitas sekolah.
Selain terlatih kemampuannya dalam
mengendalian konflik, anak yang mendapatkan pendidikan dini akan terasah
pribadinya menjadi pemimpin masa depan melalui pembebasan cara berpikir
dan mengeluarkan ide-ide.
"Kita menciptakan pemimpin dan bukan
pekerja, yang hanya menunggu gaji saja," ujarnya. Faktor pendukung
pembentukan pola pikir dan karakter menurut Clara dipengaruhi
perbandingan antara jumlah anak dengan murid di kelas.
Untuk sekolah preschool misalnya,
perbandingan guru dengan murid adalah 1:12, artinya satu guru menangani
12 murid. Begitu pun yang diterapkan pada tingkat SD. "Untuk memperoleh
daya serap yang ideal, perbandingannya untuk tingkat SD 1:18, invent 1:3, dan toddler 1:6," jelas Clara.